TRANSLATEPENDUKUNG |
08 Desember 2009
Lahan sempit yang banyak terdapat di perkotaan dapat dimanfaatkan dengan bertanam secara vertikal atau vertikultur. Lahan sempit yang tidak termanfaatkan bisa memberikan keuntungan ekonomi. Demikian disampaikan Yudha Kurniawan dari Sekolah Alam ketika memberikan “Pelatihan Pemanfaatan Lahan Sempit” pada acara Kampoeng Organik 2004 di Bumi Perkemahan Ragunan Jakarta tanggal 24 September 2004 oleh Konphalindo. “Dalam vertikultur media tanam yang digunakan adalah tanah yang mengandung pupuk kompos. Penggunaan pestisida sebaiknya dihindari. Yang diperlukan tanaman adalah perhatian dan perawatan,” ungkap Yudha Kurniawan. Jenis tanaman harus disesuaikan dengan kondisi iklim daerah tanam. Untuk Jakarta kangkung, sawi dan bayam cocok. Cara bertanam vertikultur: - Buat lubang tanam atau alur tanam. - Masukkan pupuk kandang. - Semai benih yang perlu disemai di tempat lain. - Tanamlah tanaman hasil semai atau pun tanaman mini. - Peliharalah dengan cukup menyiram dan mengontrol hama penyakit. - Panen dapat dilakukan setelah tanaman cukup tua. Setelah dua sampai tiga kali panen media tanam (tanah) dapat diganti. Sebenarnya penggantian tanah tergantung dari usia tanaman. Bila usia tanaman 30–40 hari maka penggantian tanah dilakukan setelah dua-tiga kali panen. Sedangkan bila usia tanaman 60 hari maka penggantian tanah dilakukan setelah satu kali panen. Perlu diingat dasar pertimbangan memanfaatkan lahan sempit adalah memperhatikan aspek ekonomis yaitu biaya produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil tanam. Tags: pertanian, bertani, menanam di lahan sempit, media tanam, petani, pemanfaatan lahan sempit, aeroponik, hidroponik, bercocok tanam, bertanam secara verticultur |
|