TRANSLATEPENDUKUNG |
23 Desember 2009
Deep-sea water disingkat DSW (Air Laut Dalam) sering didefinisikan sebagai laut yang memiliki kedalaman 200 meter atau lebih, dimana pada kedalaman laut tersebut sinar matahari sudah tidak dapat menembus lagi. Beberapa karakteristik DSW ini antara lain stabil dalam suhu yang rendah ( 4 - 9.5 ºC), bersih dan tidak terkontaminasi, banyak mengandung nutrisi dan mineral. Studi dan pemanfaatan DSW telah banyak dilakukan di Hawaii, USA ( di Natural Energy Laboratory of Hawaii Authority) dan beberapa prefecture di Jepang ( Kochi, Toyama, Shizuoka dan Okinawa). Di Kochi prefecture, Pulau Shikoku, tepatnya di Muroto (sekitar 90 km arah timur kota Kochi), telah dikembangkan sistem pemompaan air (water pumping system) untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan sumberdaya DSW ini sejak tahun 1989 dan merupakan salah satu tempat pertama yang memanfaatkan DSW di Jepang. Pemanfaatan DSW di Jepang Pemanfaatan DSW sudah ter-diversifikasi di berbagai bidang di Jepang, seperti perikanan dan kelautan (manfaat utamanya) termasuk konservasi lingkunagn , energi dan sumberdaya ( dapat digunakan untuk memfasilitasi air-conditioning (AC) dan aplikasi untuk pendingin air di stasiun pembangkit tenaga), makanan dan minuman (jelly, air mineral, soy sauce, sake, confectionery product), pengobatan dan kosmetika serta bidang pertanian (terutama pertanian secara hidroponik). Kebetulan, penggunaan dan pemanfaatan hidroponik ini banyak dilakukan oleh petani di Jepang untuk memproduksi tanaman hortikultur . DSW untuk Pertanian Hidroponik Dalam pertanian secara hidroponik, tanpa media tanah, pemanfaatan DSW ini dapat diterapkan secara lebih mudah dibandingkan menggunakan media tanah. Pemanfaatan hidroponik ini dilakukan di dalam lingkungan pertanian yang terkontrol (controlled agriculture environment) seperti rumah kaca (greenhouse) dan ruang tumbuh (growth chamber) dengan menggunakan penerangan buatan (artificial lighting), hal ini dilakukan agar faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan atau menggangu pertumbuhan tanaman dapat lebih terkendali. Studi yang dilakukan oleh Prof.Masaharu Kitano dan kolega di Department of Bio-mechanical System, Kochi University, tempat penulis sedang studi, mencoba mengaplikasikan DSW untuk meningkatkan kualitas tanaman tomat menggunakan nutrient film technique (NFT) sistem di rumah kaca. DSW ditambahkan ke larutan standar nutrisi yang dialirkan secara kontinyu di NFT dengan jumlah larutan nutrisi dan air yang diplikasikan di monitor secara terus menerus menggunakan komputer secara on-line, dan suhu di rumah kaca dan suhu di NFT juga di kontrol sesuai dengan suhu pertumbuhan optimal tomat. Perubahan yang terjadi secara mendadak atau ekstrem dapat diketahui dan ditanggulangi secara cepat, dengan menggunakan sistem yang terkontrol seperti ini. Penambahan DSW ke larutan standar nutrisi ini akan mengakibatkan peningkatan electric conductivity (EC), peningkatan EC ini biasanya akan mengurangi hasil panenan sebagai akibat dari peningkatan salinitas (salt stress effect) . Namun, aplikasi DSW pada saat fase pertumbuhan yang cepat pada buah tomat selama dua minggu (lebih kurang 2-3 minggu setelah terjadinya pembuahan/pollination) dapat menghasilkan hasil panenan yang berkurang sedikit dengan ukuran buah tomat yang juga lebih kecil, tingkat kemanisan (brix ratio) meningkat 45%, soluble solid juga bertambah, dan kekerasan buah (firmness) juga lebih tinggi, sehingga dikatakan oleh orang jepang sebagai “mai tomato”( tomat yang manis). DSW ini juga sudah diaplikasikan oleh beberapa petani tomat di Kochi ( terutama menggunakan “mini-tomato”/tomat kecil-kecil, mengingat efeknya pada ukuran buah) dan hasilnya juga menggembirakan dan tidak berbeda jauh dengan studi yang dilakukan di Kochi University. Sedangkan di Mie University, juga mencoba mengaplikasikan DSW pada sayuran bayam secara hydroponik di ruang tumbuh, dengan menggunakan metode electrodialysis untuk mengurangi kandungan sodium chloride dapat menghasilkan sayuran dengan kadar kandungan vitamin C (ascorbit acid) yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang lebih cepat. DSW di Indonesia Di Indonesia (perairan Indonesia seluas 2,3 juta kilometer persegi memiliki kedalaman 200 meter atau lebih, dan bisa dikategorikan sebagai DSW) DSW baru dalam tahap explorasi oleh pihak Departemen Perikanan dan Kelautan (DKP). Berdasarkan siaran press dari DKP, bekerjasama dengan pihak Jepang yang diwakili oleh Overseas Fishery Cooperation Foundation melakukan kerjasama riset yang diberi nama "The Japan-Indonesia Deep Sea Fisheries Resources Joint Exploration Project" di Samudera Hindia. Kegiatan riset yang akan dilakukan selama dua tahun (2004-2005) mencakup aspek antara lain: Pertama, mencari sumber daya ikan dan daerah penangkapan yang baru terutama di perairan laut dalam; Kedua, mengamati aspek biologi sumber daya ikan; dan Ketiga melakukan pengamatan parameter oseanografi. Walaupun masih dalam tahap explorasi, dan masih di lingkup perikanan dan kelautan saja, namun kita berharap suatu saat manfaat DSW dapat kita nikmati di berbagai bidang seperti di Jepang dan negara lain. Semoga. *M. Affan Fajar Falah, mahasiswa doktoral di Kochi University. Staf pengajar di Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FTP UGM. |
|